Riwayat dan Manaqib Al Habib Hasan Ibn Thoha Ibn Yahya
Al Habib Hasan Yahya yang lebih terkenal dengan nama Syekh Kramat Jati, Raden Tumenggung Sumodiningrat, Wedono Lebet Kerajaan dan menantu Sultan HB II, lahir di Kota Cirebon, dari pasangan Habib Thoha bin Muhammad al-Qadhi bin Yahya dengan Syarifah Fathimah binti Husain bin Abu Bakar bin Abdullah Al-Aydrus.
Beliau memperoleh pendidikan langsung dari ke-2 orang tuanya sampai hafal Al Qur’an sebelum usia tujuh tahun. Kecerdasan dan kejernihan hati yang dipunyai, menjadikannya sebelum menginjak dewasa, sudah banyak hafal kitab-kitab hadist, fiqh dan lain sebagainya.
Baca: Khasiat Hebat Wirid Ratib Al Haddad
Nasab Beliau :
Al-Arif Billah al-Quthb al-Habib Hasan bin
Al-Quthb Thaha bin
Al-Quthb 'ulum Muhammad al-Qadhi bin
Al-Quthb Thaha bin
Al-Quthb Muhammad bin
Al-Quthb Kabiir Syekh bin
Al-Quthb Ahmad bin
Al-Quthb Sulthanul Awliya al-Imam Yahya bin
Al-Quthb Hasan al-Akmar bin
Al-Quthb Ali an-Naas bin
Al-Quthb Imam Alwy bin
Syaikh Muhammad Maula Ad-Dawilah bin
Syaikh Ali Shohibud Dark bin
Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin
Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin
Sayyidina Ali bin
Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin
Sayyidina Al-Imam Khali' Qatsam bin
Sayyidina Alwi bin
Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin
Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin
Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin
Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin
Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin
Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin
Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin
Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin
Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin
Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin
Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein Ra
sesudah menimba ilmu dari ayahnya Sayyid Thoha dan beberapa ulama di Jawa, beliau ke Tarim, Hadhramaut sesudah berziarah Baitullah al-Haram dan kubur Datuknya Baginda Nabi SAW. Di Haromain beliau mengambil dari beberapa ulama-ulama Haromain tersebut. Termasuk mengambil dari al-Habib Umar bin Aqil bin Yahya (Madinah), dan tokoh-tokoh ulama besar Haromain di zamannya.
Semuanya guru-guru dari Haromain memperoleh ijazah yang sempurna dalam ilmu dhohir wal bathin, artinya kitab-kitab Fiqh ala Madzhab al- arbi’ah dan kutubul hadist, kitab tafsir dan memperoleh ijazah mengajar dan berdakwah.
Beliau berikutnya meneruskan perjalanannya ke Hadhramaut, Tarim. sesudah ziarah untuk Sayidina al-Faqih al-Muqaddam dan ulama dan awliya di Zambal serta Salafuna Sadatuna Sholihin Sadatuna Alawiyyin, beliau berziarah ke Ghorot, di mana kubah besar disitu kuburnya datuknya yang bernama al-Imam A’imatul Ulama Quthbil Ghauts al-Habib Syaikh bin Ahmad bin Yahya. Dan beberapa kubur ulama-ulama awliya Famili bin Yahya, termasuk kubur kakek dari jiddahnya al-Habib Syaikh bin Abdurrahman bin Aqil bin Ahmad bin Yahya. Ibu dari al-Habib Muhammad al-Qadhi, kakek dari al-Habib Hasan bin Thoha tersebut. Bernama seorang waliyah Sayyidah Ruqayah binti Syaikh bin Abdurrahman al-Faqih bin Aqil bin Ahmad bin Yahya.
Kubah itu besar sekali, al Habib Syaikh bin Ahmad bin Yahya, datuk dari ayahnya al-Habib Hasan ialah murid dari Sayyidi Al-Imam Syaikh Abu Bakar bin Salim. Ibu dari al-Imam Ahmad bin Yahya tersebut, ialah Sayidah Mufadhol binti al-Habib Syaikh bin Abdullah al-Akbar al-Aydrus, yang terkenal dengan Sulthanul Mala’ atau Quthbil Mala’. Maka sesudah beliau berziarah baru mulai mengambil ilmu untuk para ulama-ulama di Hadhromiyah dari para sadah itu sendiri dan lainnya.
Disamping belajar ilmu syariat, Habib Hasan juga belajar ilmu Thoriqoh dan hakikat untuk para ulama’ dan Awliya’ waktu itu. Diantara guru beliau ialah al-Habib Quthbil Aqthab al-Mujadid Ahmad bin Umar bin Smith seorang wali Qutub pada zaman itu, juga mengambil dari Quthbil al-Habib Ali bin Hasan al-Aththas Shohib Mashad, serta mengambil pula dari al-Habib Thohir bin Muhammad bin Hasyim seorang wali Quthb besar, kakek dari al-Habib Abdullah bin Husain bin Thohir. Juga mengambil daripada al-Habib Allamatud dunya Abdurrahman bin Abdullah bil Faqih. Dan juga mengambil dari al-Habib Abdurrahman bin Musthafa al-Aydrus dan mengambil dari cucu al-Habib Abdullah bin Alwy al-Haddad, yaitu al-Habib Alwy bin Hasan bin Abdullah al-Haddad, dan mengambil dari ulama Sadatil Seqqaf guru beliau amat banyak, Quthbil Ghouts Al Habib Alwi bin Abdullah Bafaqih dan masih banyak guru yang lain.
Beliau berikutnya dari Tarim sesudah memperoleh ijazah sebagaiman beliau dapatkan di Haromain, beliau keliling ketempat-tempat sumber ilmu seperti ke Mesir sampai Maghrobi dan kota-kota yang banyak ulamanya, disitu beliau banyak mengambil pengalaman penjajah Inggris maupun Perancis. Pengalaman itu dijadikan bekal untuk mengetahui bagaimana politik penjajahan sampai dalam segi bidang ekonomi.
Berikutnya beliau ke India dan berjumpa pula dengan pemuka-pemuka ulama dan beliau tidak terpelapasa mengambil adari tokoh-tokoh pembesar ulama tersebut dari Sadatil al-Aydrus, bin Syaahab, bin Yahya dan al-Jailani. Beliau disamping disana seraya berdakwah dan mengajarkan ilmu pertanian yang sehingga beliau amat digandrungi oleh warga sekalipun non Muslim, sebab beliau mengambil ilmu pertanian, warga merasa diuntungkan sehingga dengan mudah beliau mengembangkan al Islam sedikitpun tidak mempergunakan aksi anarkis, yang akhirnya beliau pulang ke Penang. Untuk berjumpa dengan Abahnya di Penang Malaysia, as-Sayid Thoha digelari as-Sayyid ath-Thahir.
Al-Habib Thaha tersebut pernah tinggal di Semarang, Cirebon dan banten. Seorang ulama yang amat digandrungi dan dihormati oleh warga dari kalangan atas dan bawah, sekalipun non Muslim amat hormat sebab keluhuran akhlaknya.
Al-Habib Thaha sebelum masuk ke Indonesia, terlebih dahulu di Penang dizaman hidup beliau di Penang. Jama’ah Haji dari mana pun banyak yang berziarah untuk beliau (al-Habib Thaha) di Penang.
Habib Hasan senantiasa memperoleh ijazah dari tiap-tiap ilmu yang di dapatinya baik ijazah spesial maupun umum. Ilmu yang beliau miliki baik syariat, Thoriqoh maupun hakikat amat luas seperti lautan sehingga di kalangan kaum khos (spesial) maupun awam dakwah beliau dapat diterima dengan mudah. Maka tidak heran bila fatwa-fatwa beliau banyak didengar oleh pembesar kerajaan waktu itu.
Pada waktu muda, sesudah memperoleh ijin dari gurunya untuk berdakwah dan mengajar, beliau masuk dulu ke Afrika di Tonja, Maroko dan sekitarnya, lantas ke daerah Habsyah, Somalia terus ke India dan Penang Malaysia untuk menjumpai ayahnya.
sesudah tinggal beberapa waktu di Penang, beliau memperoleh ijin dari ayahnya untuk ke Indonesia untuk meneruskan dakwahnya. Beliau ke-1 kali masuk ke Palembang lantas ke Banten. Pada waktu tinggal di Banten, beliau diangkat oleh Sultan Rofiudin, atau Sultan Banten yang terakhir waktu itu jadi Mufti Besar. Di Banten beliau bukan cuma mengajar dan berdakwah, tetapi juga bersama-sama dengan pejuang Banten dan Cirebon Menyuruh pergi penjajah Belanda. Walaupun Sultan Rofi’udin sudah ditangkap dan dibuang ke Surabaya oleh Belanda, tetapi Habib Hasan yang sudah menyatukan power Tentara Banten dan Tentara Cirebon tetap ulet menggelar perlawanan.
sesudah itu beliau meneruskan dakwahnya lagi ke Pekalongan Jawa Tengah. Di Pekalongan beliau mendirikan Pesantren dan Masjid di desa Keputran dan beliau tinggal di desa Ngledok. Pondok Pesantren itu terletak di pinggir sungai, dulu arah sungai mengalir dari arah selatan Kuripan mengalir ke tengah kota menikung sebelum tutupan Kereta Api. Tetapi dengan Karomah yang dipunyai Habib Hasan, aliran sungai itu dipindah ke barat yang keberadaanya seperti sampai sekarang.
Pengaruh Habib Hasan mulai dari Banten sampai Semarang sungguh amat luar biasa, tidak mengherankan bila Belanda senantiasa mengincar dan mengawasinya. Dan pada tahun 1206 H/1785 M terjadilah sebuah Peperangan sengit di Pekalongan. Dengan keuletan dan ghirah yang dipunyai Habib Hasan dengan santri dan pasukannya, Belanda mengalami kewalahan. Tetapi sebelum meletusnya Perang Padri Pesantren Habib Hasan sempat dibumi hanguskan oleh Belanda.
Akhirnya Habib Hasan bareng Tentara dan santrinya mengungsi ke Kaliwungu, tinggal disuatu daerah yang sekarang di kenal dengan desa Kramat. Atas perjuangan, kearifan, serta keluasan ilmu yang terdengar oleh Sultan Hamengkubuwono ke II membuatnya jadi kagum untuk Habib Hasan.
Sebab kekaguman tersebut akhirnya Habib Hasan diangkat jadi menantu Sultan Hamengkubuwono ke II dan daerah yang ditempati memperoleh perlindungannya.
Di Kaliwungu beliau tinggal bareng sahabatnya bernama kiai Asy’ari seorang ulama besar yang jadi cikal akan pendiri Pesantren di wilayah Kaliwungu (Kendal ), untuk bahu membahu mensyiarkan Islam. Masa tua sampai wafatnya Habib Hasan tinggal di Semarang tepatnya di daerah Perdikan atau Jomblang yang Adalah pemberian dari Sultan HB II. Beliau juga Adalah komandan daerah perang (Mandala) di gunung kidul
Thoriqoh yang dipegang oleh Habib Hasan ialah Thoriqoh Saadatul Alawiyyin (Alawiyyah). itulah yang diterapkan untuk mendidik Famili dan anak muridnya, seperti membaca aurod Wirdul Lathif, dan istighfar menjelang Maghrib. sesudah berjamaah Maghrib dilanjutkan shalat sunah Rowatib, tadarus Al Qur’an, membaca Rotib dari Rotibul Hadad, Rotibul Athos, Rotibul Idrus dan wirid Sadatil Bin Yahya serta Rotibnya. Terus berjamaah sholat Isya’ berikutnya membaca aurad dan makan berjama’ah.
Manaqib Auliya Allah
Diantara kebiasaan beliau yang tidak pernah ditinggal ialah berziarah untuk para auliya’ atau orang-orang sholeh baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. (Ziaratul Ulama wal Auliya ahyaan wa amwatan).Rumah beliau terbuka 24 jam non stop dan dijadikan tumpuan ummat untuk memecahkan segala permasalahan yang mereka hadapi. Semasa beliau berdakwah dalam rangka menaikkan ummat dalam ketaqwan dan ketaatan untuk Allah dan Rasul-Nya, ke-1 amat Menegaskan perlunya cinta untuk Baginda Nabi Muhammmad SAW. beserta keluarganya yang dijadikan pintu kecintaan untuk Allah SWT. Ke-2 kecintaan untuk ke-2 orang tua dan guru, yang jadi karena untuk mengerti cara taqorub, taqwa dan patuh untuk Allah dan Rasul-Nya.
Habib Hasan ialah seorang yang lemah halus dan berakhlak mulia tetapi amat keras dalam konsisten untuk syariatilah dan sunah Rasul. Beliau tidak pernah mendahulukan kepentingan pribadinya.
Banyak amal sirri (rahasia) yang dilaksanakan oleh beliau tiap-tiap malamnya. Sehabis Qiyamull Lail, Habib Hasan berkeliling membagikan beras, jagung dan juga uang kerumah-rumah Fuqara wal masakin, bocah kecil Yatim dan janda-janda tua. Beliau amat menghargai generasi muda dan menghormati orang yang lebih dituakan.
Pada waktu hidup, beliau dikenal selaku seorang yang ahli menghentikan segala perpecahan dan fitnah antar golongan dan suku. Sehingga cara adu domba yang dilaksanakan pihak penjajah tidak sanggup menembusnya. Di samping selaku ulama’ besar juga menguasai beberapa bahasa dengan fasih dan benar.
Habib Hasan wafat di Semarang dan dimakamkan di depan pengimaman Masjid Al Hidayah Taman duku Lamper Kidul Semarang. Sampai waktu ini, banyak peziarah yang Hadir berziarah, berdoa dan bertawassul dimakamnya.
Semoga kita seluruh dapat berjumpa dengan beliau
ولنا خير الأنام أب ، وعلي المرتضی حسب
Kami mempunyai ayah sebaik-baik makhluk.
Dan ialah nasab Ali yang diridhai.
وإلی السبطين ننتسب ، نسبا ما فيه من دخن
Ke ke-2 cucunya kami berketurunan,
anak cucu suci bersih dari kotoran.
گم إمام بعده خلفوا ، منه سادات بذا عرفوا
Banyak Imam yang menggantikan sesudahnya,
dengan gelar Sayyid mereka dikenal
وبهذا الوصف قد وصفوا ، من قديم الدهر والزمن
Dengan gelar itu sungguh-sungguh mereka disebut.
Dari sejauh tahun dan zaman.
مثل زين العابدين علی ، وابنه الباقر خير ولی
Seperti Zainal Abidin yaitu Ali, dan putranya Baqir itu sebaik-baiknya wali.
والإمام الصادق الحفل ، وعلي ذی العلا اليقن
Dan Imam Ja’far Ash-Shodiq yang full keberkahan. Dan Ali al-Uroidhi yang mempunyai ketinggian dan keyakinan
فهم القوم الذين هدوا ، وبفضل الله قد سعدوا
Merekalah kaum yang memperoleh hidayah. Dan dengan karunia Allah mereka sungguh-sungguh bahagia.
ولغير الله ما قصدوا ، ومع القران فی قرن
Ke selain Allah mereka tidak bermaksud. Dan beserta Al-Quran mereka berpegangan.
أهل بيت المصطفی الطهر ، هم أمان الأرض فالدکر
Ahli rumah Nabi pilihan yang disucikan. Mereka itu pengaman bumi, maka ingatlah
شبهوا بالأنجم الزهر ، مثل ماقد جاء فی السنن
Mereka itu seperti bintang gemerlapan.
Perumpamaan itu sudah sungguh-sungguh Hadir di dalam hadits Nabi.
و سفين للنجاة إذا ، خفت من طوفان کل أذی
Dan seperti bahtera penyelamat tatkala engkau takut dari topan badai segala duka.
فانج فيها لاتکون گذا ، واعتصم بالله واستعن
Maka selamatlah engkau di dalamnya tiada kuatir lagi. Dan berpegang teguhlah untuk Allah serta mohonlah pertolongan.
رب فانفعنا ببرگتهم ، واهدناالحسنی بحرمتهم
Ya Allah, dengan barokah mereka, berila kami kemanfaatan. Dan dengan kehormatan mereka, tunjukkan kami untuk kebaikan
وأمتنا فی طريقتهم ، ومعافاة من الفتن
Dan wafatkanlah kami di jalan mereka, dan selamat dari segala fitnah
Baca: Sejarah Tulisan Darkah (Ya Ahlal Madinah Ya Tarim Wa Ahlaha)
Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat, maghfirah dan anugerah-Nya untuk kita seluruh, serta syafaat Nabi Saw senantiasa ada dimanapun kita Ada, untuk kebaikan urusan-urusan akhirat dan dunia kita seluruh, aamiin aamiin aamiin. [dutaislam/ka].
NOTE! Demikian cerita ala Habib Luthfi bin Yahya ini digugat Trah Hamengko Buwono II karena tanpa data dan fakta.
Posting Komentar untuk "Riwayat dan Manaqib Al Habib Hasan Ibn Thoha Ibn Yahya"
Terima kasih kunjungannya, silahkan beri komentar ...